Menteri Agama Hadiri PKKMB Dan Masta UMRI, Pesankan Mahasiswa Jadi Cendekiawan Arif

Pekanbaru — Allnewsterkini. Com | Suasana Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru dan Masa Ta’aruf (PKKMB dan Masta) Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) Tahun 2025 semakin semarak dengan hadirnya Menteri Agama Republik Indonesia pada Kamis (18/9/2025) pagi. Kehadiran Menteri Agama RI tersebut menjadi momentum penting, tidak hanya bagi tiga ribuan mahasiswa baru, tetapi juga bagi keluarga besar Umri.

Rektor Umri, Dr H Saidul Amin, MA., dalam sambutannya menegaskan bahwa kehadiran Menteri Agama RI di kampus Umri merupakan kesempatan yang sangat berharga, terutama bagi mahasiswa baru.

“Saya sampaikan kepada anak-anakku mahasiswa, jangan sekali-kali melupakan momentum ini. Tidak semua mahasiswa baru mendapat nasihat langsung dari seorang Menteri Agama. Hari ini kalian mendapatkannya, maka simpanlah sebagai bekal berharga dalam perjalanan akademik dan kehidupan kalian,” ujar Rektor.

Lebih lanjut, Rektor Umri menjelaskan bahwa dalam khazanah Islam terdapat tiga kutub pemikiran yang berkembang sejak lama. Pertama, Mutakallimun yang mendiskusikan persoalan akidah dan teologi. Kedua, Filsafat yang berupaya mencari hakikat kebenaran secara mendalam. Ketiga, Tasawuf atau Sufi yang menekankan pada dimensi spiritualitas dan penyucian jiwa. “Ketiga kutub ini, dalam kadar tertentu, kita lihat hadir dalam sosok Menteri Agama hari ini,” tambahnya.

Menurutnya lagi, inti dari semua aliran pemikiran Islam sejatinya mengarah pada tujuan yang sama, yakni menghadirkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.

“Inilah yang harus menjadi pegangan mahasiswa Umri, bahwa ilmu, iman, dan akhlak harus berjalan beriringan,” pungkas Dr Saidul Amin.

Menteri Agama RI, Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A., dalam kuliah umumnya menyampaikan pesan penting kepada mahasiswa baru Umri. Menurutnya, tantangan mahasiswa hari ini tidak cukup hanya untuk menjadi seorang ilmuwan atau intelektual, melainkan harus naik tingkat menjadi seorang cendekiawan yang arif dan bijaksana.

“Seluruh mahasiswa Umri adalah murid yang sedang bersinggungan dengan ilmu Allah. Dalam tradisi keilmuan Islam, seorang mursyid mengajarkan kita untuk fokus pada satu objek pengetahuan agar memperoleh kedalaman ilmu. Namun, tidak semua orang pintar otomatis menjadi arif, dan tidak semua yang berilmu mampu menghadirkan kebijaksanaan,” ujarnya.

Beliau menekankan pentingnya tazkiah (penyucian diri) sebelum menuntut ilmu, baik bagi dosen maupun mahasiswa. Setelah itu, barulah proses ta‘lim (pengajaran) dapat berjalan dengan baik. “Karena itu, penguasaan bahasa Arab sangat penting bagi siapa pun yang ingin memahami ilmu Islam secara mendalam,” tambahnya.

Menteri Agama juga berpesan agar mahasiswa menjaga akhlak selama menempuh pendidikan. “Selama kalian masih berada di kampus ini, jangan berbuat maksiat jika ingin mendapatkan hakikat ilmu dari Allah SWT. Jika ingin memperoleh keberkahan, jauhilah dosa. Saya percaya anak-anakku semua mampu menjaga diri dan mengamalkan nilai-nilai luhur Islam,” pungkasnya.

Komentar